Senin, 08 Oktober 2018

Mu'adz bin Jabal


Mu'adz Bin Jabal

Nama                                    :                 Aldo Prasetya
Nim                                       :                04218008
Fakultas                                :                  ilmu komputer
Prodi                                     :                 sistem informasi




                                                                       Asal usul

                                                               Mu'adz bin Jabal
       Mu'adz bin Jabal adalah seorang pemuda yang sedang tumbuh dewasa di Yatsrib, pada masa-masa ketika cahaya petunjuk Allah sedang bersinar terang dan menyebar luas sepanjang semenanjung Arab. Mu'adz adalah seorang pemuda tampan bermata hitam tajam dengan rambut ikal, yang menarik perhatian siapa pun yang melihatnya. Di usianya yang masih belia ia sudah dikenal dengan kecerdasannya.
       Mu'adz memeluk Islam di usia 18 tahun dalam bimbingan Mus'ab bin Umair, seorang sahabat yang diutus oleh Rasulullah s.a.w. untuk berdakwah ke Yatsrib di sebelum periode hijrah. Mu'adz kala itu termasuk dalam tujuh puluh dua warga Yatsrib yang berangkat ke Mekkah untuk menemui Rasulullah s.a.w, kira-kira satu tahun sebelum masa hijrah. Mereka menemui Rasulullah di rumah Beliau, dan kemudian menemui Beliau lagi di lembah Mina di luar Mekkah, sebuah tempat bernama Aqabah. Di sinilah para penduduk Yatsrib yang baru memeluk Islam, termasuk beberapa perempuan di dalamnya, bersumpah setia untuk selalu mendukung dan melindungi Rasulullah s.a.w. dalam kondisi apapun. Peristiwa ini disebut dengan perjanjian Aqabah kedua. Mu'adz muda termasuk di antara mereka yang ketika itu bersumpah dengan menggenggam tangan Rasulullah s.a.w. yang diberkahi.

                                                                               Ilmu 

                                                                   mu’adz bin jabal
       Ketika Rasulullah s.a.w. telah hijrah dan pindah ke Yatsrib, yang kemudian nama kota itu Beliau ganti menjadi Madinah, Mu'adz bin Jabal sering sekali menemani Beliau. Dari Rasulullah s.a.w. ia mempelajari Al-Quran, belajar tentang syariat, dan agama Islam secara utuh. Sedemikian rupa hingga ia menjadi sahabat yang paling ahli dalam Diin Al-Islam, sehingga Mu'adz selalu dimintai fatwa terkait perbedaan pendapat yang kadang terjadi di antara orang-orang.
       Hal ini tidak mengejutkan. Ia dididik langsung oleh Rasulullah s.a.w. dan sangat banyak menerima pengajaran ilmu dari beliau. Ia adalah salah satu murid terbaik yang dihasilkan oleh seorang guru terbaik. Ilmu yang dimilikinya masih sangat otentik, yang diterimanya langsung dari Rasulullah s.a.w. tanpa melalui jembatan guru-guru lain. Rasulullah s.a.w. pernah berkata, "Orang yang paling berilmu di antara umatku mengenai perkara halal dan haram, adalah Mu'adz bin Jabal."
       Ilmunya diterimanya langsung dari Rasulullah tanpa melalui jembatan guru-guru lain. Rasulullah berkata, "Orang yang paling berilmu di antara umatku mengenai perkara halal dan haram, adalah Mu'adz bin Jabal.
       Hal ini tidak mengejutkan. Ia dididik langsung oleh Rasulullah s.a.w. dan sangat banyak menerima pengajaran ilmu dari beliau. Ia adalah salah satu murid terbaik yang dihasilkan oleh seorang guru terbaik. Ilmu yang dimilikinya masih sangat otentik, yang diterimanya langsung dari Rasulullah s.a.w. tanpa melalui jembatan guru-guru lain. Rasulullah s.a.w. pernah berkata, "Orang yang paling berilmu di antara umatku mengenai perkara halal dan haram, adalah Mu'adz bin Jabal."

                                                 Mu’adz bin Jabal

                                                 diutus ke Yaman.
       Pada tahun ke-10 Hijriyah, Nabi SAW mengutus dua orang shahabat yang beliau pandang ‘alim dalam hukum-hukum Islam ke Yaman, yaitu Mu’adz bin Jabal dan Abu Musa Al-Asy’ariy, untuk menjadi muballigh dan mu’allim di sana.
       Nabi SAW berpesan :
       يَسّرَا وَ لاَ تُعَسّرَا، وَ بَشّرَا وَ لاَ تُنَفّرَا. نور اليقين: 232                             
                Mudahkanlah, jangan dipersulit, dan gembirakanlah, jangan dibikin lari. [Nuurul Yaqiin hal. 232]
       Kemudian Nabi SAW berpesan lagi kepada Mu’adz sebagai berikut :
       اِنَّكَ سَتَأْتِى قَوْمًا مِنْ اَهْلِ اْلكِتَابِ، فَاِذَا جِئْتَهُمْ فَادْعُهُمْ اِلَى اَنْ يَشْهَدُوْا اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ، وَ اَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ، فَاِنْ هُمْ طَاعُوْا لَكَ بِذلِكَ فَاَخْبِرْهُمْ اَنَّ اللهَ قَدْ فَرَضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَوَاتٍ فِى كُلّ يَوْمٍ وَ لَيْلَةٍ، فَاِنْ هُمْ طَاعُوْا لَكَ بِذلِكَ فَاَخْبِرْهُمْ اَنَّ اللهَ قَدْ فَرَضَ عَلَيْكُمْ صَدَقَةً تُؤْخَذُ مِنْ اَغْنِيَائِهِمْ فَتُرَدُّ عَلَى فُقَرَائِهِمْ. فَاِنْ طَاعُوْا لَكَ بِذلِكَ فَاِيَّاكَ وَ كَرَائِمَ اَمْوَالِهِمْ. وَ اتَّقِ دَعْوَةَ اْلمَظْلُوْمِ، فَاِنَّهُ لَيْسَ بَيْنَهُ وَ بَيْنَ اللهِ حِجَابٌ. البخارى 5: 109
       Setelah Rasulullah s.a.w. kembali pulang ke Madinah, datanglah beberapa orang utusan dari negeri Yaman menyatakan keislaman mereka, dan keislaman para penduduk Yaman, kepada Rasulullah s.a.w. Atas keislaman mereka, mereka meminta adanya seorang pembimbing yang Rasulullah tunjuk untuk mereka, yang dapat mengajarkan Islam kepada penduduk Yaman. Untuk memenuhi harapan mereka ini, Rasulullah s.a.w. pun membentuk sebuah tim yang terdiri dari orang-orang yang Beliau percaya untuk mengajarkan agama, dan mengamanahi Mu'adz bin Jabal sebagai amir dari kelompok yang diutus Rasulullah kepada penduduk Yaman ini. Sesaat sebelum melepas Mu'adz dan sahabat-sahabatnya, Rasulullah s.a.w. menanyakan beberapa hal pada Mu’adz untuk menunjukkan kesiapannya.
       "Ya Mu'adz, dengan berdasarkan apa engkau akan menetapkan sesuatu di sana?"
       "Dengan Kitab-Nya," jawab Mu'adz.
       "Bagaimana jika engkau tidak menemukan jawaban di dalamnya?"
       "Maka aku menetapkan berdasarkan sunnah Rasulullah."
       "Bagaimana jika tidak engkau temukan jawaban di dalamnya?"
       "Maka aku akan melakukan ijtihad untuk menetapkan sesuatu."
       Rasulullah s.a.w. puas dengan jawaban Mu'adz. Beliau lalu berkata: "Segala puji bagi Allah yang telah membimbing utusan Nabi-Nya ini, hingga membuatnya ridha."

                                                                 Kesederhanaan Seorang
                                                                              Mu'adz
       Di masa kekhalifahan Umar bin Khattab r.a., Mu'adz pernah ditugaskan untuk berangkat ke Banu Kilab, dengan tugas membagikan tunjangan serta mendistribusikan kekayaan dari yang kaya kepada yang miskin. Setelah ia selesai menunaikan tugasnya, kembalilah Sang istri pun bertanya kepadanya, "Di manakah tunjangan yang katanya untuk dibagikan bagi para keluarga?"
       "Aku tidak mengambilnya, karena ada pengawas yang diutus khusus untuk mengawasiku," jawab Mu'adz.
       Istrinya begitu heran dengan jawaban suaminya. "Engkau adalah orang kepercayaan Rasulullah s.a.w! Di masa Abu Bakar, engkau pun adalah orang kepercayaannya! Lalu kenapa di masa Umar ia menugaskan seorang pengawas bagimu?"
       Istrinya tampak tidak ridha atas hal ini, dan menceritakan ini kepada istri Umar bin Khattab r.a. Pada akhirnya, ia pun menyampaikan ini kepada suaminya, Sang Khalifah Umar bin Khattab. Karenanya, Umar r.a. pun memanggil Mu'adz dan bertanya, "Apakah aku mengirim seorang utusan untuk mengawasimu?"
       "Tentu saja tidak, wahai Amirul Mu’minin," jawab Mu'adz. "Tetapi itu satu-satunya alasan yang dapat kuberikan kepada istriku."
       Tawa Umar pun meledak karena penjelasannya itu. Ia pun memberikan tunjangan kepada Mu'adz sambil berkata, "Semoga ini membuatnya ridha."

                                                                Saat Kematian Menjelang
       Tugas terakhir yang diemban oleh Mu'adz bin Jabal adalah ketika ada permintaan dari Yazid bin Abi Sufyan, gubernur yang bertugas di Syria, meminta ditugaskan beberapa orang yang berilmu kepada mereka, untuk mengajar Al-Quran dan kaidah-kaidah agama karena jumlah penduduk Syria begitu banyak. Maka dikirimlah 'Ubadah bin as-Samit, Abu Darda dan Mu'adz bin Jabal ke Homs, sebuah kota yang terletak di sebelah barat Syria. Sesampainya di sana, 'Ubadah ibn as Samit tetap tinggal untuk bertugas di Homs. Abu Darda berangkat untuk bertugas ke Damaskus, dan Mu'adz ke Palestina.
       Di saat-saat terakhir, ia memandang ke langit, berkata, "Ya Rabb, Engkau Maha Tahu bahwa aku tidak menginginkan dunia ini, dan tidak berkeinginan untuk memperlama jatah usiaku di sini. Wahai Tuhanku, terimalah jiwaku dengan penuh kebaikan, sebagaimana Engkau menerima jiwa hamba-hamba-Mu yang beriman."
       Mu'adz wafat dalam kesendiriannya dalam tugas, jauh dari keluarga dan sahabat, di usianya yang ke-33 tahun. Ia wafat sebagai seorang pejuang dakwah dalam mengemban tugas Rabb-nya.

Link Selengkapnya


MUA'ADZ BIN JABAL

Mu'adz bin Jabal

Mu'adz Bin Jabal Nama                                     :                  A ldo Prasetya Nim                                  ...